Sumber: Bantalku Ombak Selimutku Angin (1996)
Analisis Puisi:
Puisi "Dialog Bukit Kemboja" karya D. Zawawi Imron adalah sebuah karya sastra yang memaparkan pertemuan antara penyair dan seorang nenek di tengah bukit yang dipenuhi makam.
Latar Tempat yang Khas: Puisi ini berlangsung di bukit yang dikenal dengan kemboja, sebuah tempat yang sarat dengan makam. Pilihan latar ini menambahkan nuansa keagungan, keheningan, dan kedamaian, yang mencerminkan makna kematiannya.
Dialog Antara Penyair dan Nenek: Puisi ini menggambarkan percakapan antara penyair dan seorang nenek. Nenek tersebut bertanya kepada penyair mengapa dia berdoa di kuburan tertentu, dan penyair menjawab bahwa itu adalah kubur anaknya. Ini menunjukkan rasa hormat dan rindu penyair terhadap orang yang telah meninggal.
Pencarian Kubur Anak: Puisi ini mencerminkan upaya nenek untuk mencari kubur anaknya yang gugur dalam perang. Upaya ini menunjukkan rasa cinta dan kerinduan seorang ibu terhadap anaknya yang telah tiada.
Penghargaan Terhadap Pahlawan Tanpa Gelar: Penyair berbicara tentang ayahnya yang tidak dianggap sebagai pahlawan di mata orang lain. Meskipun demikian, penyair merasa bahwa ayahnya adalah pahlawan pribadi dan berharap untuk memberikan penghormatan yang layak.
Kesimpulan yang Membingkai Puisi: Puisi ini diakhiri dengan pertemuan yang seolah-olah diakhiri dengan doa dan harapan. Penyair merasa bahwa perasaan cintanya yang mendalam kepada tanah air dan pahlawannya senada dengan makna bendera. Puisi ini menciptakan suasana yang sarat makna dan menunjukkan kedalaman rasa cinta dan penghormatan terhadap para pahlawan dan tanah air.
Puisi ini mengeksplorasi tema-tema seperti cinta, penghormatan, dan identitas nasional. Ini adalah sebuah karya sastra yang merayakan sejarah dan nilai-nilai yang melibatkan pengorbanan individu demi bangsa dan tanah air. Dalam prosesnya, puisi ini juga mencerminkan rasa kebanggaan atas akar budaya dan identitas nasional yang kuat.
Puisi: Dialog Bukit Kemboja
Karya: D. Zawawi Imron
Biodata D. Zawawi Imron:
- D. Zawawi Imron lahir pada tanggal 1 Januari 1945 di desa Batang-batang, Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur, Indonesia.