Analisis Puisi:
Puisi "Airmata Hujan" karya Agus R. Sarjono adalah sebuah karya sastra yang mengangkat isu sosial-politik dengan menggunakan metafora dan simbolisme yang kuat. Melalui gambaran perbincangan antara dua tokoh, "Ronta Bedil" dan "Tangan," puisi ini menggambarkan dampak buruk dari tindakan represif terhadap rakyat yang tidak bersalah dan tidak berdaya.
Simbolisme Tokoh: Dalam puisi ini, tokoh "Ronta Bedil" dan "Tangan" melambangkan dua sisi yang berlawanan dalam konflik sosial-politik. "Ronta Bedil" mewakili pihak kekuasaan yang melakukan tindakan represif dan kekerasan terhadap rakyat, sedangkan "Tangan" adalah suara keberpihakan pada kemanusiaan dan keadilan.
Konflik Sosial-Politik: Puisi ini mengangkat isu mengenai tindakan represif pemerintah terhadap rakyat yang tidak bersalah. Dialog antara "Ronta Bedil" dan "Tangan" mencerminkan perdebatan antara kekuasaan yang berupaya membenarkan tindakannya dan suara yang membela hak-hak rakyat yang tertindas.
Dampak Represi dan Kemanusiaan: Puisi ini menggambarkan dampak buruk dari tindakan represif, terutama terhadap anak-anak dan rakyat yang tidak berdaya. Gambaran "senyumnya yang muda" dan "ibu meratap kehilangan" memberikan lapisan emosional dan menggambarkan penderitaan yang ditimbulkan oleh tindakan kekerasan.
Pemaknaan Airmata Hujan: Puisi ini mengakhiri dengan gambaran "Bedil itupun menjelma hujan. Tak putus-putusnya mencurahkan airmata." Airmata hujan menjadi simbol dari dukacita dan penderitaan rakyat yang tidak terhingga akibat represi. Metafora ini menggambarkan betapa dalamnya dampak dan luka yang ditimbulkan oleh tindakan kekerasan tersebut.
Puisi "Airmata Hujan" oleh Agus R. Sarjono adalah karya sastra yang kuat dan mendalam dalam menggambarkan dampak represi terhadap rakyat yang tidak berdaya. Melalui simbolisme dan metafora yang kuat, puisi ini mendorong pembaca untuk merenungkan tentang pentingnya kemanusiaan, keadilan, dan perlindungan hak-hak rakyat dalam konteks konflik sosial-politik.