Puisi: Lembu yang Berjalan (Karya Afrizal Malna)

Puisi "Lembu yang Berjalan" mengeksplorasi tema-tema yang mendalam, seperti perubahan zaman, kesendirian, dan kehilangan makna manusiawi dalam ...
Lembu yang Berjalan

Aku bersalaman
Burung berita telah terbang 
memeluk sayapnya sendiri
Kota telah pergi jauh sampai ke senja.

Aku bersalaman
Matahari yang bukan lagi pusat,
waktu yang bukan lagi hitungan.

Angin telah pergi,
tidak lagi ucapkan kotamu,
tak lagi ucapkan namamu.

Aku bersalaman
Mengecup pesawat TV sendiri...
tak ada lagi, berita manusia.

1984

Sumber: Abad yang Berlari (1984)

Analisis Puisi:

Puisi Lembu yang Berjalan" karya Afrizal Malna adalah sebuah karya yang penuh dengan gambaran-gambaran simbolis dan puitis yang mengundang pembaca untuk merenung tentang perubahan zaman dan kehilangan makna manusiawi.

Simbolisme Lembu: Lembu dalam puisi ini mungkin melambangkan manusia atau masyarakat. Pilihan simbol ini mungkin menyoroti keadaan manusia yang terjebak dalam rutinitas dan perubahan zaman yang terus berlangsung tanpa kendali.

Perubahan Zaman: Puisi ini menggambarkan perubahan zaman yang dramatis. Burung berita yang terbang pergi mencerminkan peralihan dari media tradisional ke media digital. Hal ini juga ditunjukkan dengan gambaran matahari yang bukan lagi pusat dan waktu yang bukan lagi hitungan, menyoroti perubahan pandangan manusia terhadap waktu dan alam semesta.

Kehilangan Makna Manusia: Penyair mencatat kehilangan makna manusiawi dalam dunia modern. Ketika angin pergi dan tidak lagi mengucapkan nama kota dan individu, serta tidak ada lagi "berita manusia" yang disampaikan oleh pesawat TV, hal ini menyoroti perasaan kehilangan kemanusiaan dan koneksi antarindividu dalam masyarakat modern yang semakin terfragmentasi.

Kesendirian dan Kegelisahan: Puisi ini juga menciptakan suasana kesendirian dan kegelisahan, terutama melalui gambaran burung berita yang memeluk sayapnya sendiri dan penggambaran pesawat TV yang tidak lagi menyampaikan berita tentang manusia. Hal ini mengisyaratkan perasaan terisolasi dan kehilangan makna di dunia yang semakin terhubung tetapi semakin asing secara emosional.

Karya Seni sebagai Refleksi Kehidupan: Penyair menggunakan bahasa yang puitis dan gambaran yang kaya untuk menciptakan gambaran tentang perubahan zaman dan perasaan kehilangan makna manusiawi. Dengan demikian, puisi ini juga dapat dilihat sebagai refleksi dari peran seni dalam merespon dan merekam perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan manusia.

Pengucapan Salam sebagai Tanda Perpisahan: Tema perpisahan atau kepergian hadir melalui pengulangan frasa "Aku bersalaman", yang mungkin menunjukkan tanda perpisahan dengan masa lalu atau kenyataan yang telah berubah.

Puisi "Lembu yang Berjalan" adalah karya yang penuh dengan makna dan mengeksplorasi tema-tema yang mendalam, seperti perubahan zaman, kesendirian, dan kehilangan makna manusiawi dalam dunia modern. Dengan menggunakan simbolisme dan bahasa yang puitis, puisi ini mengundang pembaca untuk merenung tentang kondisi manusia dan masyarakat dalam zaman yang terus berubah.

Puisi Afrizal Malna
Puisi: Lembu yang Berjalan
Karya: Afrizal Malna

Biodata Afrizal Malna:
  • Afrizal Malna lahir pada tanggal 7 Juni 1957 di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.