Puisi: Aku Menangis Bersama Rumput (Karya Acep Zamzam Noor)

Puisi "Aku Menangis Bersama Rumput" karya Acep Zamzam Noor mengundang pembaca untuk merenungkan koneksi antara manusia dan alam, serta ....
Aku Menangis Bersama Rumput

Aku menangis bersama rumput
Kelahiranku ditandai butiran embun
Serta gerimis yang memandikanku
Kemudian angin mengasuhku di balik gunung
Agar berbicara atas nama kesunyian

Bersama itik aku menghitung hari-hari
Bersama batu menghayati dingin dan kediaman
Langkahku melata seperti keong
Suaraku merindukan cakrawala
Menyeru langit yang biru

Aku minum dari getah waktu
Mendung menimbunku agar bermimpi
Udara mengajariku membaca
Aku paham buku musim dan cuaca
Bahasaku sungai yang mengalir ke muara

Bersama lumut aku semadi
Bersama riak air menari-nari
Sujudku matahari yang tersungkur
Kekhusyukanku bulan yang membumbung
Menggapai puncak diri

1987

Sumber: Jalan Menuju Rumahmu (2004)

Analisis Puisi:

Puisi "Aku Menangis Bersama Rumput" karya Acep Zamzam Noor adalah karya yang sarat dengan elemen alam dan gambaran perjalanan hidup manusia.

Hubungan dengan Alam: Puisi ini menggambarkan hubungan erat antara manusia (penyair) dengan alam. Penyair menangis bersama rumput, meresapi embun, gerimis, dan angin. Ini menciptakan citra penyair yang sangat terhubung dengan alam dan mampu merasakan pengaruh alam terhadapnya.

Simbolisme Air dan Waktu: Air, baik dalam bentuk embun, gerimis, maupun sungai, muncul sebagai simbol yang penting dalam puisi ini. Air menggambarkan kehidupan, perubahan, dan perjalanan waktu. Penyair "minum dari getah waktu" dan "mendung menimbunku agar bermimpi," menunjukkan pemahaman akan aliran waktu dan perubahan dalam hidupnya.

Koneksi dengan Kehidupan Sehari-hari: Penyair menggunakan gambaran-gambaran seperti itik, batu, keong, matahari, bulan, dan sungai untuk menciptakan koneksi dengan pengalaman hidup sehari-hari. Ini membawa pembaca ke dalam pengalaman dan perenungan penyair tentang eksistensinya di dunia.

Perjalanan Spiritual: Puisi ini juga mengandung elemen perjalanan spiritual. Penyair merenungkan kekhusyukan dan sujudnya kepada alam semesta, matahari yang tersungkur, dan bulan yang membumbung. Ini bisa diartikan sebagai perjalanan rohani penyair yang mencari pemahaman lebih dalam tentang dirinya sendiri dan dunia di sekitarnya.

Bahasa yang Kaya: Penyair menggunakan bahasa yang kaya dalam puisi ini, dengan metafora yang kuat dan gambaran yang mendalam. Ini menciptakan atmosfer yang penuh makna dan memungkinkan pembaca untuk merenungkan pesan yang lebih dalam tentang eksistensi dan hubungan manusia dengan alam.

Puisi "Aku Menangis Bersama Rumput" karya Acep Zamzam Noor adalah sebuah karya yang menggabungkan elemen-elemen alam dengan refleksi tentang perjalanan hidup manusia. Ini mengundang pembaca untuk merenungkan koneksi antara manusia dan alam, serta perjalanan spiritual yang melibatkan pemahaman tentang waktu, perubahan, dan eksistensi.

Acep Zamzam Noor
Puisi: Aku Menangis Bersama Rumput
Karya: Acep Zamzam Noor

Biodata Acep Zamzam Noor:
  • Acep Zamzam Noor (Muhammad Zamzam Noor Ilyas) lahir pada tanggal 28 Februari 1960 di Tasikmalaya, Jawa Barat, Indonesia.
  • Ia adalah salah satu sastrawan yang juga aktif melukis dan berpameran.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Bersama AnginBersama angin aku mengalir, merayapiBukit dan lembah, mengisi lekuk-lekuk sunyiSubuh masih jauh dan tubuhku menggigilBergulingan memuja lumpur. Bersujud dan bermimpiSu…
  • PaesaggioDi sebuah jazirah, suatu hari:Kenanganku yang ramping memanjat tebing karangYang menjorok ke tengah, bergelayutPada jenggot pohonan dan sayap elangMeluncur dan memecahkan …
  • Ulat Terjatuh (1)Celoteh poksaiDaun-daun berkilauPagi menyingsingUlat Terjatuh (2)Hangat mentariEmbun di ujung daunUlat terjatuh2015Sumber: Tonggeret (2020)Puisi: Ulat Te…
  • Dekat LautAngin menyerah pada malam, dekat lautKetika bulan meninggi dan subuh masih jauhDaun-daun mendesau dan seberkas cahayaMengintip di selanya. Tak ada ranjang atau jeramiUntu…
  • Pada KesendiriankuPada kesendirianku angin masih berceritaTentang keluhan ombak dan subuhYang lambat. Namun setiap kudengar gemuruh ituKembali kukumpulkan lembar-lembar kertasTahun…
  • Ingin KudengarIngin kudengar suaramu pada rumputanBerbisik tentang rindu. Dari putaran angkasaKujemput getar ituMenjadi nyanyian burung-burung nazarDan angin berebut menuruni lemba…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.