Puisi: Surat Cinta Enday Rasidin (Karya Ajip Rosidi)

Puisi "Surat Cinta Enday Rasidin" karya Ajip Rosidi menggambarkan sebuah perjalanan emosional yang penuh dengan cinta dan nostalgia.
Surat Cinta Enday Rasidin

Kita telah pergi bersama senja yang tenggelam
Masuk kerajaan besar yang juga lagi tenggelam
Masuk gerbang yang tersundul kepala bersinar remang
Kita telah jalan dengan tangan di saku celana
Negara di mana rumah berjendela sepenuh arah
Negara di mana rumah menampung cahya keempat penjuru.

Negara mereka yang kucinta
Dengan bisik mesra dari suara sudah parau
Dengan bisik parau dari suara yang mesra.

Di mana orang ketawa dan ketawa
Walau mata sudah lama kehabisan cahya.

Kita telah jalan sama didera sinar matahari
Kita telah jalan sama ditelan kelam malam
Menemui pojok pondok yang depek
Dalam baju longgar dan sepatu sebelah lebih besar.

Pondok di mana atap setinggi dada
Pondok di mana bilik hanya sedepak
Pondok mereka yang kucinta
Penuh tawa lepas tanpa lelucon
Penuh lelucon dengan tawa yang lepas.

Di mana orang bicara dan bicara
Walau mulut sudah lama kehabisan kata.

Kita telah jalan sama bergandengan tangan
Kita telah jalan sama beriringan
Dengan pantalon yang digulung hingga lutut
Berpeci miring dan saputangan bersulam biru.

Di mana orang ketawa dan bicara
Di sana kita tenggelam antara mereka.

1956

Sumber: Surat Cinta Enday Rasidin (1960)

Analisis Puisi:

Puisi "Surat Cinta Enday Rasidin" karya Ajip Rosidi menggambarkan sebuah perjalanan emosional yang penuh dengan cinta dan nostalgia. Dengan bahasa yang puitis dan gambaran yang jelas, puisi ini mengeksplorasi tema cinta yang mendalam terhadap suatu tempat dan kenangan bersama seseorang, serta bagaimana hubungan manusia dengan lingkungan dan budaya mempengaruhi perasaan mereka.

Struktur dan Tema

Puisi ini terdiri dari beberapa bait yang menyoroti perjalanan bersama seseorang dalam konteks budaya dan lingkungan yang spesifik. Struktur puisi ini menyajikan gambaran yang kaya dan berlapis tentang pengalaman dan perasaan penulis.

Perjalanan Bersama dan Lingkungan

"Kita telah pergi bersama senja yang tenggelam / Masuk kerajaan besar yang juga lagi tenggelam / Masuk gerbang yang tersundul kepala bersinar remang"

Baris-baris ini menggambarkan perjalanan penulis dan orang yang dicintai menuju sebuah tempat yang penuh dengan kenangan. "Senja yang tenggelam" dan "kerajaan besar" menciptakan suasana nostalgia dan refleksi. Penulis menggambarkan pengalaman ini sebagai perjalanan yang membawa mereka ke tempat yang penuh dengan kenangan dan makna, dengan "gerbang yang tersundul kepala bersinar remang" menggambarkan sebuah pintu gerbang yang penuh dengan keindahan dan misteri.

Negara dan Pondok Cinta

"Negara mereka yang kucinta / Dengan bisik mesra dari suara sudah parau / Dengan bisik parau dari suara yang mesra"

Penulis mengungkapkan cinta terhadap "negara mereka," yang mungkin merujuk pada tempat atau lingkungan yang memiliki makna khusus bagi mereka. "Bisik mesra dari suara sudah parau" menggambarkan keintiman dan kedalaman hubungan, meskipun suara mungkin sudah mulai lemah. Ini menunjukkan bagaimana cinta tetap kuat meskipun ada keterbatasan fisik atau usia.

Kehidupan Sehari-hari dan Kesederhanaan

"Kita telah jalan sama didera sinar matahari / Kita telah jalan sama ditelan kelam malam / Menemui pojok pondok yang depek / Dalam baju longgar dan sepatu sebelah lebih besar."

Baris ini menyoroti pengalaman sehari-hari yang sederhana dan penuh makna. Penulis menggambarkan perjalanan mereka di bawah sinar matahari dan dalam kegelapan malam, serta kehidupan sederhana di "pondok yang depek." Deskripsi ini menciptakan gambaran yang kuat tentang kesederhanaan dan kedekatan dalam hubungan mereka.

Penuh Tawa dan Lelucon

"Pondok di mana atap setinggi dada / Pondok di mana bilik hanya sedepak / Pondok mereka yang kucinta / Penuh tawa lepas tanpa lelucon / Penuh lelucon dengan tawa yang lepas."

Pondok yang digambarkan sebagai tempat sederhana namun penuh dengan tawa dan kebahagiaan, menunjukkan bahwa kebahagiaan dan cinta tidak bergantung pada kemewahan, melainkan pada hubungan dan kehadiran bersama. Keberadaan "tawa lepas tanpa lelucon" mencerminkan kebahagiaan yang tulus dan mendalam.

Kehidupan Sosial dan Budaya

"Di mana orang bicara dan bicara / Walau mulut sudah lama kehabisan kata"

Ini menunjukkan bahwa meskipun ada kehabisan kata-kata, komunikasi tetap terjadi dan hubungan tetap kuat. Penulis mencerminkan bagaimana interaksi sosial dan budaya memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari.

Penutup Perjalanan

"Kita telah jalan sama bergandengan tangan / Kita telah jalan sama beriringan / Dengan pantalon yang digulung hingga lutut / Berpeci miring dan saputangan bersulam biru."

Di sini, penulis menggambarkan detil-detil kecil dari perjalanan mereka, seperti "pantalon yang digulung hingga lutut" dan "berpeci miring." Ini menambahkan sentuhan keintiman dan realisme pada gambaran mereka, memperlihatkan bagaimana penampilan fisik dan gaya hidup menyatu dengan pengalaman mereka.

Interpretasi

Puisi "Surat Cinta Enday Rasidin" adalah sebuah perayaan cinta dan nostalgia yang mendalam. Ajip Rosidi menggunakan deskripsi yang kaya dan berlapis untuk menggambarkan pengalaman perjalanan bersama seseorang dalam konteks budaya dan lingkungan yang spesifik.

Penulis menunjukkan bagaimana cinta dan kenangan tidak selalu bergantung pada materi atau kemewahan, tetapi pada pengalaman sederhana dan kehadiran bersama. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan nilai dari hubungan dan pengalaman hidup yang sederhana, serta bagaimana keintiman dan kebahagiaan dapat ditemukan dalam hal-hal kecil dan sehari-hari.

Puisi "Surat Cinta Enday Rasidin" adalah sebuah karya yang mengungkapkan cinta yang mendalam terhadap seseorang dan lingkungan, sambil mengakui kekuatan hubungan dan kenangan dalam menciptakan makna dan kebahagiaan dalam hidup.

Puisi Ajip Rosidi
Puisi: Surat Cinta Enday Rasidin
Karya: Ajip Rosidi

Biodata Ajip Rosidi:
  • Ajip Rosidi lahir pada tanggal 31 Januari 1938 di Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat.
  • Ajip Rosidi meninggal dunia pada tanggal 29 Juli 2020 (pada usia 82 tahun) di Magelang, Jawa Tengah.
  • Ajip Rosidi adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Bulan Cuma bulan mampu mencium hatiku Bulan yang biru. Cuma perempuan yang bakal 'ngerti dukaku Perempuan yang rindu. 1956Sumber: Surat Cinta Enday Rasidin (1960)A…
  • Kusaksikan Manusia Kusaksikan manusia dendam-mendendam Kudengar denyut ketakutan mengejar siang dan malam Kuyakinkan mereka akan kebaikan manusia Tapi kusak…
  • Surat Cinta Enday Rasidin Kita telah pergi bersama senja yang tenggelam Masuk kerajaan besar yang juga lagi tenggelam Masuk gerbang yang tersundul kepala bers…
  • Begini Aku SekarangBegini aku sekarang: pendiam dan murungMerenung gunung berselubung mendungMakin mengerti tentang ajaib tali jiwaAntara kitaBegini aku sekarang: pendiam dan murun…
  • Sindang Laut Bulan ngambang di laut dan pecah di pucuk ombak Bulan mengaca di nafas malam, redup lampu kapal Deru yang menderu berkejaran di kesepian pantai Deru dari diri l…
  • PenyairPenyairlah ia yang percaya pada tenaga kata-kataJiwa terkutuk terlempar pada kembaraYang berdiri di depanku, bicaraPenyairlah ia yang masih percaya pada tenaga kata-kataMeng…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.