Puisi: Lagu Asing di Sawah-Sawah (Karya Dorothea Rosa Herliany)

Puisi "Lagu Asing di Sawah-Sawah" karya Dorothea Rosa Herliany menyuguhkan gambaran mendalam tentang hubungan antara manusia dengan tanah dan ...
Lagu Asing di Sawah-Sawah

Dari tanah yang sama kugali sumur
yang meluberkan madu. kuhisap dan kukunyah
segala sisa akar segala pohon. kusemburkan
ke langit, menjadi kawanan lebah.

Sengat dan bisa berlepasan mencari tubuhku 
yang bergumpalan asin airmata. tangisan
menggugurkan musim. mengusung angin dan
bau tanah rindu musim tanam.

Kugali sumur. tempat terakhir bagi petani
membongkar musim yang menetes darah dari
keringat sendiri.

1992

Sumber: Nikah Ilalang (1995)

Analisis Puisi:

Puisi "Lagu Asing di Sawah-Sawah" karya Dorothea Rosa Herliany menyuguhkan gambaran mendalam tentang hubungan antara manusia dengan tanah dan perjuangan batin yang terkait dengan kehidupan petani. Dengan penggunaan bahasa yang kaya dan simbolisme yang kuat, Dorothea mengajak pembaca untuk merenungkan ketahanan, kesedihan, dan keindahan dalam kehidupan sehari-hari.

Kaitan dengan Tanah dan Alam

Puisi ini dimulai dengan gambaran mendalam tentang hubungan antara manusia dan tanah. Penulis menggambarkan proses menggali sumur dari tanah yang sama di mana "meluberkan madu." Penggunaan madu sebagai simbol menunjukkan sesuatu yang manis dan berharga yang berasal dari usaha dan kesabaran. Menyedot dan mengunyah sisa akar dan pohon menggambarkan ketergantungan dan integrasi yang mendalam dengan tanah.

Simbolisme Lebah dan Sengat

Dalam bait pertama, Dorothea mengubah sisa akar menjadi "kawanan lebah" yang menggambarkan hasil dari usaha yang tidak terlihat. Lebah sering kali melambangkan kerja keras dan transformasi. Sengat dan bisa yang mencari tubuh penutur yang "bergumpalan asin airmata" menggambarkan dampak emosional dari pengalaman tersebut, di mana hasil kerja keras tidak selalu membuahkan hasil yang manis tetapi sering kali membawa kesulitan dan penderitaan.

Emosi dan Musim

Bait kedua menyoroti perasaan sedih dan kesedihan yang mendalam. Tangisan yang "menggugurkan musim" menunjukkan bagaimana emosi pribadi dapat memengaruhi dan merubah siklus alam. Bau tanah dan angin yang membawa "rindu musim tanam" mencerminkan hubungan emosional yang kuat dengan tanah dan pekerjaan pertanian.

Kesimpulan dan Perjuangan Petani

Bait terakhir menegaskan penderitaan dan kesulitan yang dihadapi petani. "Kugali sumur" menggambarkan usaha dan ketekunan dalam membongkar musim, yang diakhiri dengan "menetes darah dari keringat sendiri." Ini adalah gambaran metaforis dari kesulitan yang dialami petani, yang harus berjuang melawan kerasnya pekerjaan mereka untuk mendapatkan hasil yang memadai.

Puisi "Lagu Asing di Sawah-Sawah" karya Dorothea Rosa Herliany adalah sebuah karya yang mendalam dan penuh makna tentang hubungan antara manusia dan tanah. Dengan simbolisme yang kuat dan bahasa yang puitis, Dorothea menggambarkan perjuangan batin petani dan hubungan emosional mereka dengan pekerjaan mereka. Puisi ini tidak hanya mencerminkan ketahanan dan kesedihan dalam kehidupan petani tetapi juga merayakan keindahan dan nilai dari kerja keras dan hubungan yang mendalam dengan tanah.

Melalui puisi ini, kita diundang untuk merenung tentang bagaimana usaha dan penderitaan membentuk identitas kita dan bagaimana kita berhubungan dengan lingkungan di sekitar kita. Dorothea menggunakan imaji yang kuat untuk mengeksplorasi tema-tema besar tentang kehidupan, pekerjaan, dan emosi, menjadikannya karya yang relevan dan menyentuh bagi pembaca.

Dorothea Rosa Herliany
Puisi: Lagu Asing di Sawah-Sawah
Karya: Dorothea Rosa Herliany

Biodata Dorothea Rosa Herliany:
  • Dorothea Rosa Herliany lahir pada tanggal 20 Oktober 1963 di Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Ia adalah seorang penulis (puisi, cerita pendek, esai, dan novel) yang produktif.
  • Dorothea sudah menulis sejak tahun 1985 dan mengirim tulisannya ke berbagai majalah dan surat kabar, antaranya: Horison, Basis, Kompas, Media Indonesia, Sarinah, Suara Pembaharuan, Mutiara, Citra Yogya, Dewan Sastra (Malaysia), Kalam, Republika, Pelita, Pikiran Rakyat, Surabaya Post, Jawa Pos, dan lain sebagainya.
© Sepenuhnya. All rights reserved.