Puisi: Pantun Pulau Pandan (Karya Ajip Rosidi)

Puisi "Pantun Pulau Pandan" karya Ajip Rosidi adalah cerminan dari kerinduan manusia yang terus-menerus berjuang untuk menemukan makna dan ...
Pantun Pulau Pandan

Pulau Pandan jauh ke tengah
Di balik pulau Angsa Dua;
Hampa badan hati pun gundah
Karena engkau tidak teraba.

Pulau Pandan kian merapat
Gunung Kerinci menjulang tinggi;
Tiada teraba tiada terlihat
Engkau dimana sukar dicari

Pulau Pandan jauh ke kanan
Pulau Bintan di sebelah kiri;
Harus bagaimana aku gerangan
Hendak berjumpa susah sekali.

Sumber: Pantun Anak Ayam (2006)

Analisis Puisi:

Ajip Rosidi, seorang maestro dalam dunia sastra Indonesia, melalui puisinya yang berjudul "Pantun Pulau Pandan," menggambarkan perasaan kesunyian, kerinduan, dan pencarian yang tampaknya tak berujung. Dalam setiap baitnya, Ajip menggunakan keindahan alam, khususnya pulau-pulau di Nusantara, sebagai latar untuk mengekspresikan emosi mendalam tentang hubungan manusia yang sulit dijangkau atau diraih.

Kesunyian dan Kerinduan yang Tak Tersampaikan

Puisi ini dibuka dengan gambaran Pulau Pandan yang jauh di tengah lautan, menyiratkan jarak dan kesulitan dalam mencapai sesuatu yang diinginkan. Pulau ini menjadi metafora dari seseorang atau sesuatu yang begitu diinginkan tetapi sulit dijangkau:

Pulau Pandan jauh ke tengah
Di balik pulau Angsa Dua;
Hampa badan hati pun gundah
Karena engkau tidak teraba.

Ajip Rosidi menggunakan pulau yang jauh sebagai simbol dari sesuatu yang diidamkan tetapi sulit digapai. "Hampa badan hati pun gundah" menunjukkan perasaan kekosongan dan kebingungan karena ketidakmampuan untuk merasakan kehadiran yang diinginkan, yang "tidak teraba". Ini menggambarkan bagaimana kesunyian dan kerinduan dapat menggerogoti hati seseorang ketika mereka tidak bisa merasakan atau menyentuh sesuatu yang sangat mereka rindukan.

Pencarian yang Terus Berlanjut

Bait kedua menguatkan tema pencarian yang sulit dan melelahkan. Meskipun pulau tampak mendekat, kehadiran yang diinginkan tetap tidak terlihat atau dirasakan:

Pulau Pandan kian merapat
Gunung Kerinci menjulang tinggi;
Tiada teraba tiada terlihat
Engkau dimana sukar dicari.

Di bait ini, meskipun Pulau Pandan tampak lebih dekat dan Gunung Kerinci yang menjulang tinggi menjadi penanda keberadaannya, kehadiran yang dicari tetap tidak terjangkau. "Tiada teraba tiada terlihat" menunjukkan bahwa meskipun ada upaya mendekati tujuan, hasilnya tetap tidak terwujud. Ini bisa diartikan sebagai refleksi dari pencarian spiritual atau emosional yang penuh rintangan, di mana keinginan untuk menemukan atau bertemu dengan sesuatu atau seseorang terus-menerus terhalang oleh berbagai hambatan.

Kebingungan dan Ketidakpastian dalam Mencapai Tujuan

Bagian terakhir puisi ini menyiratkan kebingungan dan ketidakpastian yang dirasakan dalam usaha untuk mencapai tujuan atau bertemu dengan seseorang yang diinginkan:

Pulau Pandan jauh ke kanan
Pulau Bintan di sebelah kiri;
Harus bagaimana aku gerangan
Hendak berjumpa susah sekali.

Di sini, Ajip Rosidi menggambarkan situasi di mana bahkan ketika arah sudah ditentukan—Pulau Pandan di kanan dan Pulau Bintan di kiri—tetap saja ada kebingungan tentang langkah selanjutnya. "Harus bagaimana aku gerangan" mencerminkan ketidakpastian dan rasa frustrasi yang muncul ketika semua usaha untuk bertemu atau mencapai sesuatu tampak sia-sia. "Hendak berjumpa susah sekali" adalah ungkapan sederhana namun penuh makna yang menyoroti betapa sulitnya mewujudkan keinginan yang mendalam.

Puisi "Pantun Pulau Pandan" karya Ajip Rosidi adalah sebuah karya yang mendalam, menggambarkan perjalanan emosional penuh kerinduan, kesunyian, dan ketidakpastian dalam pencarian sesuatu atau seseorang yang sangat diinginkan. Melalui simbolisme pulau-pulau di lautan yang luas, Ajip berhasil menyampaikan perasaan-perasaan yang mungkin pernah dirasakan oleh banyak orang—keinginan yang kuat untuk mendekat, tetapi selalu terhalang oleh jarak atau ketidakmungkinan. Puisi ini adalah cerminan dari kerinduan manusia yang terus-menerus berjuang untuk menemukan makna dan kehadiran, meskipun dalam realitas yang sering kali menghalangi.

Puisi Ajip Rosidi
Puisi: Pantun Pulau Pandan
Karya: Ajip Rosidi

Biodata Ajip Rosidi:
  • Ajip Rosidi lahir pada tanggal 31 Januari 1938 di Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat.
  • Ajip Rosidi meninggal dunia pada tanggal 29 Juli 2020 (pada usia 82 tahun) di Magelang, Jawa Tengah.
  • Ajip Rosidi adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.