Analisis Puisi:
Ajip Rosidi, melalui puisinya yang berjudul "Pantun Pergi Ke Laut," menggambarkan perasaan rindu yang mendalam dan penyesalan yang menyentuh hati. Dengan menggunakan bentuk pantun yang kaya akan kiasan dan metafora, Ajip menciptakan sebuah karya yang tidak hanya menggambarkan kehidupan sehari-hari, tetapi juga menyelami emosi yang kompleks dalam hubungan manusia.
Pergi ke Laut: Simbol Pencarian dan Keinginan
Puisi ini dibuka dengan imaji tentang laut, yang dalam banyak budaya sering dianggap sebagai simbol pencarian, misteri, dan keinginan yang dalam. Laut menjadi latar belakang bagi keinginan penyair untuk mendapatkan sesuatu yang berharga, dalam hal ini berupa "ketam betina, udang galah, tenggiri, dan ikan kerapu":
Kalau tuan pergi ke laut carikan saya ketam betina udang galah dan tenggiri ikan kerapu di dalam bubu; Kalau tidak karena takut 'kupaksa untuk berjumpa agar kau jadi mengerti betapa rindu melihatmu.
Di bait ini, permintaan untuk mendapatkan hasil tangkapan laut bisa dilihat sebagai metafora dari keinginan penyair untuk memperoleh kembali perhatian atau kasih sayang dari seseorang yang dirindukannya. Di sisi lain, penyair juga menyampaikan rasa takutnya—mungkin rasa takut akan penolakan atau ketidakpastian dalam perasaan orang yang dirindukan. Namun, keinginan untuk bertemu tetap kuat, seakan memaksa dirinya untuk menyatakan perasaan rindunya.
Pergi ke Tanjung: Simbol Harapan dan Penyesalan
Bagian kedua puisi ini membawa pembaca ke Tanjung, sebuah tempat yang mungkin dianggap lebih dekat dan lebih pasti dibandingkan dengan laut yang luas dan penuh misteri. Di sini, Tanjung menjadi simbol harapan—harapan untuk mendapatkan pengampunan dan untuk memperbaiki keadaan:
Kalau tuan pergi ke Tanjung bawalah kain barang sekayu untuk baju anak yang kecil sudah lama tak ada ganti; Aku merasa tidak beruntung selalu 'kau tolak bertemu padahal tidaklah musykil asal 'kau ampuni dosaku keji.
Dalam bait ini, penyair tidak hanya meminta sesuatu yang konkret seperti kain untuk baju anak kecil, tetapi juga menyatakan penyesalan yang mendalam karena tidak bisa bertemu dengan orang yang dirindukannya. Penyair merasa dirinya tidak beruntung karena selalu ditolak untuk bertemu, meskipun menurutnya, pertemuan itu tidaklah mustahil jika saja kesalahan masa lalu bisa diampuni.
Penyesalan dan Keinginan untuk Dimaafkan
Penyesalan menjadi tema yang menonjol dalam bagian ini. Penyair mengakui dosanya yang mungkin "keji" dan menyadari bahwa penolakan yang dia terima adalah konsekuensi dari tindakan masa lalunya. Namun, ada harapan yang tersirat bahwa dengan pengampunan, hubungan yang terputus bisa dipulihkan. Perasaan ini tercermin dalam ungkapan bahwa apa yang diinginkan sebenarnya "tidaklah musykil," atau tidak mustahil, jika saja pengampunan bisa diberikan.
Puisi "Pantun Pergi Ke Laut" karya Ajip Rosidi adalah sebuah ungkapan yang mendalam tentang rindu, penyesalan, dan harapan untuk pengampunan. Melalui penggunaan metafora laut dan tanjung, Ajip menggambarkan kompleksitas emosi manusia saat menghadapi kehilangan, keinginan untuk memperbaiki hubungan, dan ketakutan akan penolakan. Puisi ini menunjukkan bahwa meskipun seseorang mungkin merasa tidak beruntung atau takut, harapan untuk mendapatkan kembali kasih sayang dan pengampunan tetap ada, selama ada keinginan untuk mengakui kesalahan dan memperbaiki diri.
Karya: Ajip Rosidi
Biodata Ajip Rosidi:
- Ajip Rosidi lahir pada tanggal 31 Januari 1938 di Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat.
- Ajip Rosidi meninggal dunia pada tanggal 29 Juli 2020 (pada usia 82 tahun) di Magelang, Jawa Tengah.
- Ajip Rosidi adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.