Puisi: Nafsu itu Tuhan (Karya Amal Hamzah)

Puisi "Nafsu itu Tuhan" menggambarkan pertarungan antara nafsu dan kehendak moral di dalam diri seseorang, yang sering kali menjadi bingung oleh ....
Nafsu itu Tuhan
untuk H.B. Jassin

Berbisik iblis dalam hatiku
darahku keras mengalir,
jantungku keras berdenyut!

Memercit peluh di dahiku
peperangan budi dan nafsu
sedang berlaku.

Aduh engkau yang berkuasa
yang disebut orang beriman
Tuhan.

Kehendakmukah ini
manusia itu
tak kuasa menahan nafsu?

Kami tiada lebih dari binatang.
Dalam musim berpasang
menerjang ripuk segala halang!

Oh!
Segala adat-istiadat dan didikan
sepuhan belaka,
Tipu!
Tiada kuasa menahan nafsu ....

Sumber: Pembebasan Pertama (1949)

Analisis Puisi:

Puisi "Nafsu itu Tuhan" karya Amal Hamzah menggambarkan pertarungan antara nafsu dan kehendak moral di dalam diri seseorang, yang sering kali menjadi bingung oleh dorongan internalnya.

Pertarungan Nafsu dan Kesucian: Puisi ini mengeksplorasi dualitas internal yang kuat dalam diri manusia. Iblis yang mewakili dorongan keinginan dan nafsu yang kuat berlawanan dengan kesucian yang diwakili oleh pertanyaan yang diajukan kepada Tuhan. Kontras antara "darahku keras mengalir" dan "jantungku keras berdenyut" dengan "berkuasa, yang disebut orang beriman, Tuhan" menggambarkan perjuangan batin seseorang di antara keinginan duniawi dan prinsip moral.

Konflik Internal dan Spiritualitas: Puisi ini menggambarkan konflik batin yang terus menerus. Penggambaran "memercit peluh di dahiku," serta "peperangan budi dan nafsu sedang berlaku" menjadi metafora bagi perjuangan spiritual yang melibatkan pertarungan antara keinginan nafsu dan kehendak moral yang lebih tinggi. Hal ini menimbulkan pertanyaan kepada Tuhan tentang bagaimana manusia yang lemah mampu menahan nafsu.

Penyangkalan akan Kebijaksanaan Agama: Penafsiran puisi menunjukkan bahwa penulisnya merasa frustrasi oleh kelemahan manusia dalam menghadapi godaan nafsu. Ia meragukan kemampuan agama atau kepercayaan akan Tuhan untuk menahan dorongan nafsu tersebut, menyoroti ketidakmampuan manusia dalam menaklukkan dorongan-dorongan negatif di dalam dirinya.

Puisi ini menggambarkan konflik batin dan ketidakmampuan manusia untuk menaklukkan nafsu yang sering kali menghalangi kehendak moral. Hal ini merujuk pada pertanyaan spiritual yang dalam mengenai keselarasan antara nafsu dan kebijaksanaan agama. Puisi ini menyentuh tema-tema universal tentang konflik internal, spiritualitas, dan pertanyaan akan kedudukan moral dalam diri manusia.

Amal Hamzah
Puisi: Nafsu itu Tuhan
Karya: Amal Hamzah

Biodata Amal Hamzah:
  • Amal Hamzah lahir pada tanggal 31 Agustus 1922 di Binjai, Langkat, Sumatra Utara.
  • Amal Hamzah meninggal dunia pada tanggal 30 Juli 1987 di Duisdorf, Jerman Barat.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • R! (1)Sekali menikmati keindahanmu,Sudah itu pergi darimu ....Aku tak dapat lamaCinta pada wanita!Hidupku singkat!Kenikmatan hendak kuperlipat,Tidak perduli kelat!Seperibu sekondeH…
  • PahitSiapakah Engkaumaka aku meranacekau-cakarmudalam segala kerjaku?Tiada pernah sempurnajika hati mulai redadatang lagiEngkau dekatkanyang dulu Engkau jauhkan.Aduh! Tiada tertaha…
  • Dara Dara, bawakan beta ke dadamu melengkung supaya kutahu mengecap untung. Gadis, pelukkan daku ke bibirmu delima agar dapat merasa bahgia. Adakah yang lebih indah, o k…
  • Sunyi Duduk aku di muka jendela Memandang sayu ke atas langit Mengemas cahaya purnama raya Ditambah permai lentera alit. Malam turun …
  • Pancaran Hidup Di pagi hari Aku berangkat bekerja Tampak olehku seorang laki-laki Mengorek-ngorek tong mencari nasi. Sepintas hatiku sedih Terasa miskin badan sen…
  • Pagi Azan Mualim sunyi membumbung di suasana pagi hari mendung memanggil umat berhening diri sujud khidmat pada ilahi. Aku tergolek di tempat tidur…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.