Puisi: Tiada Mengatasi (Karya Amal Hamzah)

Puisi "Tiada Mengatasi" karya Amal Hamzah mengingatkan akan bahaya menempatkan harga pada segala hal dan mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan yang ...
Tiada Mengatasi


Semua barang
dapat dibeli dengan uang!

Dengan uang dibeli buku
dengan uang berlaku segala sesuatu!

Buku...
Sabun...
Baju...
Perempuan!

Totok...
Indo...
Cina...
Indonesia!

Kasih tiada
kasih bergantung pada kantung!

Semua segala dalam dunia
semua ada mempunyai harga.

Siapa kaya
teruntuk padanya segala-gala.

Dia dapat segala manusia!

Sumber: Pembebasan Pertama (1949)

Analisis Puisi:
Puisi "Tiada Mengatasi" karya Amal Hamzah menyajikan suatu pandangan kritis tentang dunia yang diatur oleh uang dan materi.

Kritik Terhadap Materialisme: Puisi ini menghadirkan kritik tajam terhadap pandangan materialistik dalam kehidupan modern. Penekanan pada fakta bahwa segala hal, termasuk buku, sabun, pakaian, dan bahkan hubungan antarmanusia, diukur dengan nilai uang, menyoroti bagaimana materialisme telah mempengaruhi nilai dan hubungan manusia.

Harga dalam Segala Hal: Puisi menekankan bahwa dalam dunia materialistik, segala hal memiliki harga dan dapat dibeli. Dalam hal ini, tidak hanya barang-barang fisik yang dapat dibeli dengan uang, tetapi juga keintiman dan hubungan antarmanusia, yang terkadang diukur dengan materi dan status keuangan.

Kehilangan Nilai Kasih: Puisi menyoroti kerugian yang muncul akibat pandangan dunia yang terlalu terfokus pada kekayaan dan materi. Kasih sayang, yang seharusnya murni dan tidak tergantung pada materi, dianggap hilang dan tergantung pada isi kantong seseorang.

Puisi "Tiada Mengatasi" karya Amal Hamzah memberikan pandangan kritis terhadap materialisme yang mempengaruhi nilai-nilai dan hubungan manusia di dunia saat ini. Puisi ini mengingatkan akan bahaya menempatkan harga pada segala hal dan mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan yang seharusnya lebih penting.

Amal Hamzah
Puisi: Tiada Mengatasi
Karya: Amal Hamzah

Biodata Amal Hamzah:
  • Amal Hamzah lahir pada tanggal 31 Agustus 1922 di Binjai, Langkat, Sumatra Utara.
  • Amal Hamzah meninggal dunia pada tanggal 30 Juli 1987 di Duisdorf, Jerman Barat.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Pancaran Hidup Di pagi hari Aku berangkat bekerja Tampak olehku seorang laki-laki Mengorek-ngorek tong mencari nasi. Sepintas hatiku sedih Terasa miskin badan sen…
  • Dara Dara, bawakan beta ke dadamu melengkung supaya kutahu mengecap untung. Gadis, pelukkan daku ke bibirmu delima agar dapat merasa bahgia. Adakah yang lebih indah, o k…
  • Pagi Azan Mualim sunyi membumbung di suasana pagi hari mendung memanggil umat berhening diri sujud khidmat pada ilahi. Aku tergolek di tempat tidur…
  • Sunyi Duduk aku di muka jendela Memandang sayu ke atas langit Mengemas cahaya purnama raya Ditambah permai lentera alit. Malam turun …
  • R! (1)Sekali menikmati keindahanmu,Sudah itu pergi darimu ....Aku tak dapat lamaCinta pada wanita!Hidupku singkat!Kenikmatan hendak kuperlipat,Tidak perduli kelat!Seperibu sekondeH…
  • PahitSiapakah Engkaumaka aku meranacekau-cakarmudalam segala kerjaku?Tiada pernah sempurnajika hati mulai redadatang lagiEngkau dekatkanyang dulu Engkau jauhkan.Aduh! Tiada tertaha…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.