Puisi: Burak Siluman (Karya Ajip Rosidi)

Puisi "Burak Siluman" mengisahkan perjuangan seorang pemuda yang terbelah antara penampilan fisik dan latar belakang mitologis yang membentuk ...
Burak Siluman

Seorang jejeka alangkah tampan
hanya kakinya telapok kuda.
'Bunda, apa nasib menimpa ananda
kakiku bukan kaki manusia'

'Anakku seorang hanya!
Ayah bertahta di Kerajaan Siluman
Anakku seorang hanya!
Bundamu dikutuknya, bundamu terlunta'

'Mengapa ayah tak pernah datang
mengapa tak menjenguk anaknya seorang?'

'Kita terusir dari halaman istana
karena bunda ingkar pada janji
Lewat tengah malam bunda belum pulang
ke Kerajaan ayahmu Negara Siluman
Mengayuh subuh bunda terkenang
kan pulang sebelum tengah malam.

Lewat Dinari bunda pulang
tapi jalan kehilangan arah
Kan kembali ke kampung orang
Bunda lenyap di mata manusia.

Dua belas bulan kau bunda kandung
lahirmu matahari tertutup mendung
tangismu diantar guruh mengguntur
malamnya pada bangkit mahluk kubur'

Seorang jaka alangkah tampan
Tapi lahir beralaskan daun bakung.

'Kau warisi paras ayahanda, tampan
dan wasiatnya yang bunda dengar dalam mimpi:
adalah menjadi mangsamu perawan
yang tengah hari sendirian turun ke pancuran'

Seorang jaka alangkah gagah
tapi kakinya telapok kuda.

Sumber: Cari Muatan (1959)

Analisis Puisi:

Puisi "Burak Siluman" karya Ajip Rosidi menyuguhkan sebuah kisah yang penuh dengan unsur-unsur mitologis dan emosional, menggambarkan nasib seorang pemuda yang dilahirkan dengan kaki telapok kuda dan konfliknya dengan latar belakang keluarganya yang berhubungan dengan kerajaan siluman. Puisi ini menggabungkan elemen legenda, kesedihan, dan keputusasaan untuk menyampaikan tema tentang nasib, kutukan, dan pencarian identitas.

Pengantar Legenda dan Nasib

"Seorang jejeka alangkah tampan / hanya kakinya telapok kuda."

Puisi ini dimulai dengan perkenalan karakter seorang pemuda tampan yang memiliki kekurangan fisik—kaki telapok kuda—yang menjadi inti dari konflik dan tema puisi. Kaki telapok kuda ini melambangkan ketidaksesuaian antara penampilan luar dan kondisi sebenarnya, yang berfungsi sebagai simbol dari nasib dan kutukan yang dialaminya.

Dialog antara Anak dan Ibu

"'Bunda, apa nasib menimpa ananda / kakiku bukan kaki manusia'"
"'Anakku seorang hanya! / Ayah bertahta di Kerajaan Siluman"

Dialog ini memperlihatkan keterasingan dan kebingungan sang pemuda terhadap nasibnya. Ia bertanya kepada ibunya tentang ketidaknormalan kakinya dan mengungkapkan rasa sakit hati karena ayahnya yang tidak pernah hadir. Ibunya menjelaskan latar belakang keluarga mereka dan kutukan yang menimpa mereka karena ingkar janji, serta akibat dari situasi tersebut.

Kutukan dan Penyesalan

"'Kita terusir dari halaman istana / karena bunda ingkar pada janji / Lewat tengah malam bunda belum pulang / ke Kerajaan ayahmu Negara Siluman"

Penjelasan ibunya mengungkapkan bahwa mereka diusir dari kerajaan siluman karena pelanggaran terhadap janji, dan keputusannya untuk tidak pulang tepat waktu menyebabkan mereka terpisah dari kehidupan istana. Ini menunjukkan tema tentang konsekuensi dari tindakan dan pelanggaran janji yang memengaruhi nasib dan kehidupan mereka.

Kisah Kelahiran dan Ramalan

"Dua belas bulan kau bunda kandung / lahirmu matahari tertutup mendung / tangismu diantar guruh mengguntur / malamnya pada bangkit mahluk kubur"
"'Kau warisi paras ayahanda, tampan / dan wasiatnya yang bunda dengar dalam mimpi: / adalah menjadi mangsamu perawan / yang tengah hari sendirian turun ke pancuran'"

Kelahiran sang pemuda digambarkan dalam suasana mendung dan guruh, menambah nuansa dramatis dan mistis. Terdapat ramalan bahwa ia akan menjadi mangsa bagi seorang perawan yang datang ke pancuran, menambah unsur takdir dan mitos dalam kisahnya.

Penutup: Nasib dan Identitas

"Seorang jaka alangkah gagah / tapi kakinya telapok kuda."

Puisi ini diakhiri dengan pengulangan gambaran tentang pemuda yang gagah namun memiliki kaki telapok kuda, menegaskan tema utama tentang ketidakcocokan antara penampilan luar dan nasib yang ditakdirkan.

Interpretasi

Puisi "Burak Siluman" mengisahkan perjuangan seorang pemuda yang terbelah antara penampilan fisik dan latar belakang mitologis yang membentuk nasibnya. Kaki telapok kuda bukan hanya simbol fisik, tetapi juga representasi dari kutukan dan tantangan yang harus dihadapinya sebagai akibat dari tindakan ibunya dan pelanggaran terhadap janji.

Puisi ini juga menyoroti tema tentang kutukan dan penyesalan, serta dampaknya pada generasi berikutnya. Keterasingan dan kebingungan yang dirasakan oleh sang pemuda mencerminkan konflik batin yang lebih besar, dan bagaimana nasib serta identitas seseorang bisa terpengaruh oleh faktor-faktor eksternal dan keputusan masa lalu.

Rosidi menggunakan unsur mitologis untuk menghidupkan cerita, memberikan makna mendalam pada pengalaman dan penderitaan pemuda tersebut. "Burak Siluman" bukan hanya sebuah kisah tentang kutukan, tetapi juga refleksi tentang pencarian identitas dan pemahaman diri di tengah-tengah nasib yang tidak diinginkan.

Puisi Ajip Rosidi
Puisi: Burak Siluman
Karya: Ajip Rosidi

Biodata Ajip Rosidi:
  • Ajip Rosidi lahir pada tanggal 31 Januari 1938 di Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat.
  • Ajip Rosidi meninggal dunia pada tanggal 29 Juli 2020 (pada usia 82 tahun) di Magelang, Jawa Tengah.
  • Ajip Rosidi adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.