Puisi: Kaki Angin (Karya Ahda Imran)

Puisi "Kaki Angin" karya Ahda Imran menggambarkan kontras antara kebaikan dan kekerasan, ketenangan dan kegelapan, serta keberadaan dan ketiadaan.
Kaki Angin

Kaki angin yang putih
berjalan pelan di daun teratai
tenang dan berwibawa. Air dan ikan-ikan
terdiam.  Langit dan pohonan menyiapkan
lagu pujian. Burung-burung gereja terbang
ke arah hilang. Sebuah lonceng dibunyikan

Lalu ada juga yang berjalan ke arah hilang
berselubung kain hitam. Suara orang berbisik
ringkik kuda dan desis ular. Di angkasa hujan
seperti sebuah kerajaan dan para penyerbu
yang menyeru namamu. Mereka memburu
para pemberontak dengan pahala
dan hukum perang suci

Kaki angin yang putih
berjalan pelan di pecahan kaca
tenang dan berwibawa. Bayang tubuhmu
atas air - menyelinap ke lubuk lenyap
membasuh percik darah di tubuh ikan-ikan
pohonan bergerak melepaskan ribuan burung
lonceng kembali dibunyikan. Tapi tak ada
apa dan siapapun

Lalu ada yang berjalan berselubung kain hitam
menjauhi lagu pujian. Kakinya berdarah penuh
pecahan kaca. Tangannya ditumbuhi kelopak bunga
teratai. Diberkatinya hujan, para pemberontak dan kuda
yang menderu ke padang jauh

Pada hari keramat
di jalan setapak seorang anak
menemukan jejak kakimu yang putih -

di luar barisan jemaat.

2010-2011

Analisis Puisi:

Puisi "Kaki Angin" karya Ahda Imran menggambarkan kontras antara kebaikan dan kekerasan, ketenangan dan kegelapan, serta keberadaan dan ketiadaan.

Kehadiran Kaki Angin yang Menenangkan: Puisi dimulai dengan gambaran tentang kaki angin yang putih, yang berjalan dengan tenang di atas daun teratai. Ini menciptakan suasana damai dan berwibawa, di mana alam sekitarnya - air, ikan, langit, dan pohonan - merespons dengan pujian. Namun, gambaran ini juga menunjukkan kontras dengan gambaran yang lebih gelap yang akan datang.

Kehadiran Ancaman dan Kekerasan: Kemudian, puisi memperkenalkan gambaran yang lebih gelap, yang diwakili oleh sosok yang berjalan berselubung kain hitam. Suara-suara kegelapan seperti bisikan, ringkikan kuda, dan desisan ular memberikan nuansa mencekam. Hujan di langit diibaratkan sebagai tentara penyerbu yang mengejar para pemberontak. Hal ini menciptakan atmosfer ketegangan dan bahaya.

Kontras Antara Kedamaian dan Kekerasan: Puisi terus mengeksplorasi kontras antara kedamaian dan kekerasan. Meskipun kaki angin yang putih melambangkan kedamaian, gambaran tentang pecahan kaca, darah, dan kegelapan menyoroti keberadaan kekerasan dan kegelapan di dunia. Bahkan, keberadaan kaki angin tidak mampu mengubah realitas penuh konflik.

Penemuan Makna dalam Keberadaan dan Ketiadaan: Puisi menutup dengan gambaran seorang anak yang menemukan jejak kaki angin yang putih di luar barisan jemaat pada hari keramat. Ini mungkin mencerminkan pencarian makna dan harapan dalam kehidupan yang penuh dengan konflik dan kegelapan.

Puisi "Kaki Angin" karya Ahda Imran adalah sebuah refleksi yang mendalam tentang kontras antara kedamaian dan kekerasan, keberadaan dan ketiadaan. Melalui gambaran-gambaran yang kuat dan imajinatif, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan realitas kompleks dari dunia di sekitar kita.

Ahda Imran
Puisi: Kaki Angin
Karya: Ahda Imran

Biodata Ahda Imran:
  • Ahda Imran lahir pada tanggal 10 Agustus 1966 di Baruah Gunuang, Sumatera Barat, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.